Foto pemandangan pantai Nangapanda di atas telah membangkitkan imajinasi dan kreasi nalar tentang empat hal yang berbeda: Sudut pandang, noda, keindahan dan suara keheningan pantai.
1. Sudut pandang dari atas dan jauh (Aussichtspunkt von oben)
Setiap hari seseorang pasti memandang sesuatu dari tempat tertentu. Objek yang dilihat dari sudut tertentu, pasti tidak menjadi wakil dari keseluruhannya.
Baca ini tentang Grup Suara Keheningan: Suara Keheningan, Menulis dari yang Tak Bicara Halaman all - Kompasiana.com
Satu sudut pandang tidak bisa memperlihatkan keseluruhan. Oleh karena itu, dari satu sudut pandang, orang hanya bisa melihat satu atau beberapa sisi saja.
Dalam hal ini, ada sisi yang tersembunyi. Sudut pandang yang terlihat dari foto di atas adalah sudut pandang dari jauh (von fern) dan dari atas (von oben).
Sudut pandang dari jauh dan dari atas itu memiliki keunikannya sendiri. Semua yang nyata terlihat samar-samar. Warna keseluruhan tampak jelas. Perbedaannya juga terlihat tegas.
Dari atas dan dari kejauhan itu, semua tampak indah. Ya, semuanya tampak sebagai satu perpaduan yang selaras dengan kontradiksi yang saling melengkapi.
Dari ketinggian dan kejauhan tidak terlihat luka dan sampah. Di sana hanya ada gugusan batu-batu putih dan hijau mudah. Di sana ada deburan ombak yang sedang pecah dan menepi ke darat.
2. Noda di pantai
Noda pada pantai itu cerita dari sudut pandang paling dekat. Di pesisir pantai Nangapanda tumbuh banyak sekali tanaman lamtoro.
Program reboisasi ala era sebelum reformasi masih terendus jejaknya hingga kini. Penebang pohon tanpa pikir fungsi pohon-pohon itu sebagai penjaga erosi pinggir pantai tetap saja tidak peduli.
Tak heran, pinggir-pinggir jalan dan tebing terlihat tercabik-cabik. Longsor bukan cerita baru lagi di sana sini.
Tidak jarang terkubur noda-noda di pasir karena orang tidak peduli betapa pentingnya toilet dan kamar mandi. Noda-noda itu hanya karena orang hilang peduli.
3. Keindahan pantai
Keindahan pantai itu bukan karena pantai itu satu warna. Bukan pula karena cuma jalan lurus di atasnya.
Tentu saja bukan cuma karena jalan berliku, tapi juga wajah longsoran di sana.
Keindahan itu ternyata tidak selamanya tanpa noda, sampah dan longsoran. Keindahan itu adalah sebuah cerita tentang yang berbeda.
Perbedaan yang dibentuk dalam satu bingkai (Rahmen) sudut pandang dari atas. Rahmen yang dari atas itu indah, karena tidak menghitung seberapa besar dan banyak noda dan sampah di bawahnya.
Bingkai keindahan itu telah melupakan noda dan luka, sebab noda dan luka baginya adalah titik-titik warna yang berbeda.
4. Suara keheningan pantai
Suara keheningan pantai pasti terdengar tanpa batas. Suara itu datang dari suara ombak dan gulungan gelombang.
Sejauh orang punya waktu untuk menikmatinya, suara keheningan itu pasti akan terdengar.
Terdengar bukan dari alam yang tanpa suara, riak dan deru ombak, tetapi dari tengah-tengah perpaduan suara-suara alam di sana.
Suara alam yang berpadu bersama kedalaman batin yang coba belajar hening, pasti akan mendengarkan ritme dan melodi cinta sang alam.
Riuh tapi hening dalam kesadaran, memahami diri. Mampu juga menghitung detak-detak jantungnya sendiri. Memisahkan gelombang besar dan kecil.
Hening yang membuahkan pengertian dari kedalaman hati. Pantai bergelombang telah menaburkan buih-buih.
Keseluruhan yang menaburkan syair dan melodi dari rahim bumi.
Bergetar saat mendengarkannya dalam hening. Ingin titipkan kata-kata ini: "Jaga dan rawatlah pantai-pantai.!"
Tak terhitung hitam atau putih, semua orang butuh hening.
Pantai yang bersih, hening dan terjaga dari terpaan abrasi, perlu jadi fokus misi peduli manusia saat ini.
Indonesia tidak punya pilihan lain lagi, selain memandang keindahan pantai, merawat wajahnya hingga memesona para penghunjung yang datang dan pergi lagi.
Suara keheningan, 12.04.2023.