Halo, Kerabat !
Selamat Datang kepada 1.452 yang telah bergabung, senang sekali dengan antusiasme kerabat untuk turut serta menjadi bagian dari para pemikir antropologis pangan inklusif yang berbudaya. Bertemu kembali hari ini 8 Januari 2025 setelah Rabu Bertemu #6 - Analisis Wacana Antropologi Pangan Pada Asa Cita Prabowo - Gibran.
Kemudian, publik akhirnya harus tetap berjuang menyampaikan pembatalan PPN 12% ya, walau dampaknya masih terasa ya kenaikan harga pangan masih belum ada kabar turun karena isu PPN inilah, produsen juga dari sektor hulu sudah dengan harga yang meningkat berakhir pada konsumen membengkak, walau yang dibeli makanan murah kok snack-snack, memang tapi namanya hidup ketika kebutuhan primer dan sekunder dibebankan dari setiap barang untuk penagihan pajak, kurang tepat ya, hidup kan bukan hanya sebatas mengisi isi perut saja, karena manusia membutuhkan aktivitas sosial lainnya agar kualitas hidupnya meningkat.
Kerabat juga bisa menyimak artikel ini pada Youtube Center for Study Indonesian Food Anthropology tautannya :
Informasi tambahan :
Kerabat sudah mendaftar untuk tanggal 29 Januari 2025 nanti ? Acaranya dimulai pada pkl. 16.00 - 16.40 WIB, Acara ini dilaksanakan secara daring melalui Google Meets (tidak ada pungutan biaya ya kerabat, gabung saja, kalau bisa klik daftar agar kerabat menerima email konfirmasi).
Informasi selengkapnya bisa klik tautan berikut :
[Rabu Bertemu Daring #1] Pangan-Pangan Masa Kini ?
tautan lengkap informasi acaranya :
Tautan langsung bergabung : https://bit.ly/RabuBertemu1
Terimakasih juga yang sudah mendaftar melalui temu kompasiana, kerabat sudah menerima email konfirmasi ke email kerabat ya. Yang sudah mendaftar ada kerabat : Tuti Alawiyah , Rony Studio, Nazariah, dan Ifadah Rahmah. Untuk kerabat yang lainnya ditunggu ya, kita Bertemu Daring #1 membahas Pangan-Pangan Masa Kini dan Sampai Jumpa !
Kembali pada bahasan : Rabu Bertemu #7 - Nasib Isi Piring Bangsa
Rasanya tahun awal tahun 2025 publik banyak dikejutkan dengan akrobatik para aktor yang mengurusi negara ini ya ? mulai dari berita :
- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di beberapa titik lokasi dan beberapa sekolah multi tingkat yang nyatanya tidak serempak pelaksanaannya dan belum siap distribusinya, namun kan uji coba pelaksaan sudah dimulai dari tahun 2024 ya ? Harap maklum ga nih ? di lokasi kerabat sudah berlangsung atau malah jadi tidak kebagian nih putra-putrinya ?
- Kemudian harga-harga barang pasca pembatalan PPN 12% yang nyatanya tetap mahal, karena gerakan publik yang solid juga nih perjuangan bersama makanya PPN batal naik, ya memang sudah 11% juga cukup berat ya ? Di warung terdekat lokasi kami, harga-harga tertentu masih seharga kenaikan PPN 12% terlebih produk pangan pabrikan, tak heran banyak masyarakat mengurangi dan mengganti belanjaan dan jarang menyetok pangan. Artinya belanjanya sewaktu saja. Ini juga mempengaruhi gaya hidup dan pengeluaran alokasi anggaran.
- Yang paling hangat : 20 juta Hektar Hutan Untuk Pangan dan Energi. Sebentar ! berapa ? 20 juta Hektar. Pulau Jawa saja menurut geografis umum luasnya tidak sampai 13 juta Hektar. Ini hutan mau diubah menjadi produktif atau ekstraktif eksploitatif ? dan siapa yang akan menikmatinya ? tak terbayang mega biodiversitas jadi mega problem ya ? tentu saja akan banyak kehilangan ekosistem dan keanekaragaman hayati, udah mah pada ga selamat ya dan telat mitigasi, ini kalau jadi 20 juta Hektar tuh mau ditanami apa dan ada industri apa saja ? Silakan kerabat lebih peka pada isu-isu keberlanjutan/sustainability agar mengetahui lebih lanjut bagaimana nasib kehidupan publik setelahnya.
Karena ketika ruang hidup manusia dan makhluk lain terganggu, permasalahan sosial itu tambah meningkat bukannya solutif, ya walau ambisius ya ketika menyimaknya untuk pangan masa depan dan energi terbarukan, namun jika sudah bermasalah dari awal dan banyak pakar yang mengingatkan, harusnya pemerintah peka juga, nih pasti ada yang terusik nih masyarakat, kemudian lakukan musyawarah (ya budaya kita kan begitu, selalu dimusyawarahkan agar semua pihak tidak ada yang dirugikan, tapi itu hanya bisa dilaksanakan oleh pemerintahan yang bijak dan dewasa ya kerabat).
Lantas, Bagaimana Nasib Isi Piring Bangsa Untuk Mengawali Tahun 2025 Ini ?
Dari berbagai studi terbaru nasib isi piring bangsa secara global perlu melirik beberapa peristiwa, ada 3 peristiwa dan tren yang publik harus peka diantaranya :
- Krisis iklim, sepertinya sudah bosan ya membahas hal seperti ini karena banyak pihak oportunis yang memanfaatkan isu krisis iklim ini untuk meraup kekayaan dari ketimpangan yang ada, namun fokuslah pada dampak ekologis dan mitigasinya, publik harus mulai peka pada akses bantuan-bantuan tanggap darurat, apalagi jika lokasi kerabat masih banyak dominasi lahan pertanian, bencana ekologis itu ada yang alami terjadi karena respon semesta/alam dan dikarenakan ulah manusia (ini yang paling problematik, misalnya banyak proyek-proyek yang mengganggu kestabilan ekologi misal adanya proyek wisata besar-besaran sehingga mengganggu irigasi dan proyek tambang yang menggusur masyarakat hukum adat terusir tanpa disediakan ruang hidup penggantinya). Apa itu krisis iklim ?
Merujuk pada IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change)/Panel antarpemerintah yang berfokus pada krisis iklim, pengertian krisis iklim adalah akibat dari aktivitas manusia yang dapat meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer yang mengandung karbon dioksida, metana, dan nitrous oxide. Zat inilah yang akhirnya mengganggu sistem iklim bumi, menyebabkan kenaikan suhu global dan berbagai dampak serius pada lingkungan, ekonomi, dan masyarakat.
Krisis iklim sulit dijelaskan ya ? memang, namun gejalanya bisa terasa seperti cuaca ekstrim itu menyebabkan kekeringan, banjir, dan hujan badai di beberapa wilayah, kenaikan permukaan laut ini langsung memberikan dampak bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, hubungannya dengan pangan ? distribusi pangan air dan kualitasnya, pangan air adalah protein terbaik yang ramah lemak dibanding protein hewani dari darat, makanya masyarakat dari Indonesia Timur kemudian Sumatera yang porsi menikmati pangan air ini berpengaruh pada kecerdasannya.
Coba kalau pangan air ini terganggu berpengaruhnya langsung terasa jika yang terkena dampak adalah komoditas pangan dan mata pencaharian. Kepunahan berbagai species karena tidak sempat dibudidayakan, memang manusia akhir-akhir ini selalu sibuk ya rupanya ?
Hal yang paling menakutkan penyebaran penyakit karena penyakit yang disebabkan dari distribusi eksternal seperti migrasinya virus karena cuaca dan suhu itu akan merugikan dan titik utama yang dibidik pada manusia (seperti pengetahuan ilmu dasar pengetahuan alam jelas sasarannya selalu gangguan pernapasan, karena ? jalur paling mudah untuk masuk melalui sistem pernapasan alias kegiatan menghirup udara).
Hingga akhirnya yang harus dimitigasi adalah manajerial Sumber Daya Alam dan Manusia agar tidak menimbulkan krisis baru dalam ketidakpastian ekonomi dan politik ini.
- Bioteknologi Pangan dan Pertanian, studi hubungan antropologi pangan dalam cakupan teknologi pangan yang terus berkembang ada dualisme penafsiran. Pertama, bioteknologi pangan menciptakan solusi inovatif namun yang Kedua, bioteknologi pangan menghasilkan ketergantungan dan akan menimbulkan krisis tambahan terlebih pada rantai pasok pangan, karena bioteknologi pangan menggunakan sistem, ketika satu bagian sistemnya rusak, maka rusaklah semua sistem didalamnya. Studi ini, kerabat bisa melusuri kajiannya pasangan antropolog budaya dari Amerika yaitu Deborah B. Gewertz dan Frederick Errington yang menuliskan globalisasi teknologi yang mengubah pangan tradisional dimana dampak teknologi pangan ini dimulai dari keberadaan mi instan di Papua Nugini yang mengubah pola makan dan kebiasaan makan masyarakat yang akhirnya masyarakat ketergantungan pada produk-produk hasil industrialisasi dan ketergantungan hidup pada makanan sehat namun hasil pabrikan karena lebih enak, nikmat dan praktis sehingga melupakan pangan lokalnya dan dampaknya penyakit di kalangan masyarakat bermunculan, lingkungan pertanian menjadi tidak produktif dan hilangnya pekerjaan di sektor pertanian, pasangan antropolog budaya ini menuliskan studinya pada buku yang berjudul : Cheap Meat: Flap Food Nations in the Pacific Islands.
Sedangkan Bioteknologi pertanian kerabat bisa membaca tulisannya Dominic Glover (seorang peneliti studi pembangunan dari Wageningen) menuliskan Undying Promise: Agricultural Biotechnology’s Pro-poor Narrative, Ten Years on (Janji yang Tak Pernah Padam: Narasi Pro-Petani Miskin dalam Bioteknologi Pertanian, Sepuluh Tahun Kemudian) menegaskan bahwa petani kecil di negara-negara berkembang sering mengadopsi dan menyesuaikan tanaman transgenik/hasil rekayasa genetika dengan gen dari organisme lain (contohnya kapas) dalam sistem pertaniannya. Adanya dinamika lokal dan strategi adaptasi membuat para petani mengamati kualitas varietasnya sehingga petani mempertimbangkan dampak sosialnya, ekonomi dan ekologiya.
Petani pun berpikir dan bertindak bahwa bioteknologi pertanian ini selalu memberikan harapan semu seperti : hasil panen berlimpah (nyatanya jika cuaca dan pupuk tidak stabil tidak berlimpah yang ada rugi), pendapatan meningkat (ya tergantung penjualan dan target pasar dan itu tidak mudah), dan kesejahteraan (hal ini pun abstrak, kesejahteraan para petani selalu disamakan dengan kesejahteraan masyarakat perkotaan, esensi sejahteranya petani ya tentu berbeda dan tidak perlu banyak dituntut dengan kemegahan dan kemewahan sosialita, rupanya definisi kesejahteraan itu harus dikembalikan pada jenis pekerjannya juga, hal ini berpengaruh pada tuntutan kehidupan, misalnya para petani tidak ingin kuliah S3 karena baginya tidak ada jenjang karir, namun jika petani ini didukung dengan peralatan yang mumpuni pada produktivitas meningkat dan untung, pun ilmuwan yang sukanya meneliti ketika dituntut bertani mengolah lahan 5 hektar secara fisik tentu tidak sanggup karena tidak punya ilmu dasarnya, minimal mampu mencangkul, bukan ?). Hal ini menjadi dilematis, hingga bioteknologi pertanian masih menjadi narasi saja karena tidak saling mendukung satu sama lain.
- Ketidakpastian Geopolitik, apa sih yang disebut dengan geopolitik ? kok akhir-akhir ini apa-apa disangkutpautkan pada keadaan geopolitik, kenapa ga makan durian ? mahal nih geopolitik ga bagus, cukup jenaka ya permasalahan ketidakmampuan mengakses pangan karena harganya mahal pun jadi harus menjawab keadaan geopolitik. Dirangkum dari buku yang berjudul The Revenge of Geography yang ditulis oleh penulis isu politik Robert D. Kaplan mendefinisikan bahwa Geopolitik masa kini adalah permainan politik/ketatanegaraan dari negara-negara tertetu (biasanya negara besar/maju) yang dipengaruhi geografis, budaya, sejarah, ekonomi, agama, bahasa dll dimana hal ini akan melebar membenturkan berbagai isu-isu yang akhirnya mendunia seperti isu terorisme, krisis pangan, dan lobi politik, geopolitik akan mempengaruhi keputusan militer dalam perkembangan globalisasi. Hubungannya dengan keadaan isi piring setiap bangsa di berbagai negara bagaimana ?
Mari sejenak merenungkan sekilas dari kajian : The Emerging Geopolitics of Food: A Strategic Response to Supply Risks of Critical Imports for the Dutch Agro-Food Sector , laporan ini menginformasikan tentang bagaimana pemerintah Belanda dapat memperkuat ketahanan sistem agro-pangan Belanda dan mengurangi risiko terhadap pasokan impor bahan baku kritis.
Memang risiko pasokan pangan global meningkat, namun Belanda walaupun negaranya kecil, tapi negaranya maju dengan kekuatan sektor agro-pangannya, karena Belanda paham negaranya perlu pangan impor juga seperti : biji-bijian, daging, da bahan baku lainnya pada kondisi geopolitik yang tidak pasti (Eropa itu rentan dengan perang dagang, perubahan iklim yang langsung merusak lahan pertanian, ketegangan internasional termasuk perang fisik dengan teknologi tinggi dan robotika, dan namanya kompetisi keberlangsungan hidup hal utama yang mudah dilakukan di era modern adalah : warga/masyarakatnya dibuat kelaparan bisa dimulai dari sulitnya akses pangan terlebih dahulu, dan ketersediaan skala nasional menipis hingga habis, jadilah negaranya ketergantungan pada utang-piutang hanya untuk mengisi piring-piring bangsanya, sangat mundur sekali kualitas hidupnya, bukan ?).
Namun, Belanda mampu memanfaatkan situasi geopolitik yang tidak pasti untuk menyelamatkan isi piring bangsanya.
Belanda harus mampu membuat keberagaman pangan termasuk jika urgensi impor pangan pun lebih mendahulukan variasinya, tak hanya itu infrastruktur lokal dikombinasikan dengan hal-hal modern sehingga Belanda tidak akan kesulitan warganya tidak mampu mengoperasikan teknologi canggih semua sudah melalui riset mumpuni sehingga fondasi lokalitasnya tetap digunakan bahkan mengerti sejarah asal-usulnya jadinya selalu berkembang tidak menghilangkan hal-hal yang sudah usang namun dibuat inovasi dan terus merespon permasalahan dengan berbagai solusi yang justru harus berguna bagi warganya, itu kepuasan pemerintahan Belanda melayani warganya, pun dalam peningkatan bahan pangan domestik, Belanda selalu berpartisipasi untuk kerjasama internasional dengan tujuan kestabilan sistem pangan global yang setiap pergantian pemimpin atau birokrat harus membuktikan hubungan diplomasi selalu erat dengan berbagai strateginya, sehingga kebutuhan primer sektor pangan dan pertanian hampir tidak bermasalah.
Bagaimana dengan Nasib Isi Piring Bangsa Indonesia Kini ?
Kerabat, selama awal januari 2025 kami mendatangi beberapa orang terdekat secara acak dan spontan menanyakan nasib isi piringnya dan mengeluhkan beberapa hal, tentunya mereka semua menyimak pemberitaan media via gawai/gadget mereka, respon mereka membuat haru dan sangat relate (sesuai realita). Ini keterangan singkat jawaban empiris yang kami rangkum, beberapa orang mencurahkan sulitnya menaikkan taraf hidup karena semua daya upaya finansial habis dibelanjakan untuk keperluan konsumsi alias makanan/pangan yang disantap dari piring-piringnya.
- Korupsi Komoditas Pangan dan Manajerialnya yang dilakukan Lembaga-Lembaga Pangan Pemerintah, Disaat publik harus menghabiskan 24 jam kontributif dan masih kurang untuk mendapatkan upah yang akan dibelanjakan, pemerintah tidak membersamai, beberapa dinas ketahanan pangan pun tidak responsif, di lokasi kami dinas ini tidak populer, justru keseruan sistem pangan adanay di tempat publik seperti : pasar, swalayan, mini market, grosir, kios pangan, dan grup facebook forum jual-beli pangan yang jauh lebih tanggap menawarkan harga-harga pangan terjangkau dan saling membantu masyarakat, bahkan ada komentar netizen tentang paket sembako kemahalan, para penjual langsung dengan cepat mengubah komposisi paketannya sehingga bisa terjangkau, lebih cepat daripada keputusan pemerintah kan ? Publik memang sehebat itu faktanya karena saling merasakan. Jadi, terimakasih banyak untuk kerjasamanya. Bangsa seperti inilah yang siap gotong royong.
- Janji Politik, kerabat masih kuat menyimak pemberitaan janji-janji politik yang membahas tentang kondisi pangan , makan, dan kompleksitasnya ? bagaimana ? apakah sudah memuaskan ? kerabat sudah kembali nongkrong makan-makan bersama keluarga karena keterjangkauan harga kuliner ? atau kerabat sudah mulai menjadwalkan sarapan dan makan malam di restoran yang berada di hotel-hotel bintang 4 dan 5 karena memang semurah itu harganya untuk kumpul keluarga ? jika ya, berarti ekonomi dibawah keadaan ini sudah aktif kembali dan transaksi belanja pangan dan makan sudah normal dan membaik, namun jika kerabat seminggu ini belum mengeluarkan/mengalokasikan dana sebatas untuk nongkrong jajan-jajan, ada apa kerabat ? permasalahan daya belikah ? memang harga-harga kuliner tidak ramah dikantong ? tidak selera atau ya jelaskan saja dikomentar, kondisi ini tidak asyik untuk negara sesubur Indonesia, hal tidak logis dilihat dari potensi agrarisnya. Responden kami banyak mengeluhkan harga kuliner semakin tidak terjangkau dan anak-anak sekolah walau mendapat bantuan makan siang gratis tetap hasrat ingin jajannya itu ada, dan jajanan di sekolah serta sekitarnya sudah mulai tidak terjangkau, maka efeknya langsung pusing ke pendapatan orang tuanya, ya orang tuanya juga manusia, masa ga belanja untuk dirinya ? sangat tidak adil sekali jika semua pengorbanan harus diberikan untuk anak-anak, lantas program dan APBN ini digunakan untuk kesejahteraan kelompok masyarakat yang mana ?
- Kepala Keluarga dan Pekerja yang terpinggirkan, responden kami terdiri dari beberapa Kepala Keluarga yang menjadi tulang punggung keluarga dan beberapa pekerja yang terbebani harus membiayai keluarga, hal ini memilukan karena gizi kepala keluarga dan pekerja melalui pangan berkualitas harus hilang atau berkurang demi kehidupan lainnya, inikah kehidupan menjadi dewasa di negara berkembang ? Jadi, untuk para bapak/ayah/papa dan pekerja dimanapun kerabat berada, terimakasih sudah berjuang, semoga ada gerakan publik yang memberi perhatian ya, bisa kecil-kecilan seperti kalau lagi ngopi kalau kerabat adalah Kepala Keluarga bisa dikasih diskon 10% atau dapat pudding sebagai dessert, jadi kelompok prioritas bukan hanya ibu hamil, ibu menyusui, balita dan anak-anak. Ya, laki-laki dan pekerja yang tidak terikat identitas prioritas dimata masyarakat dan pemerintah kan bisa mendapatkan kenikmatan kemanusiaan juga ya. Betapa kerennya posisi kepala keluarga ketika anak-anaknya ikut nongkrong, nanti pelayan tadi memuliakan kerabat dan itu kebanggaan juga bahwa hebatnya menjadi seorang Bapak dan Kepala Keluarga itu ya menghadirkan generasi-generasi yang punya sense of humanity and equality.
- Sektor hulu rusak & ASN di sektor pertanian masih posisi-posisi administratif, kerabat pernah mendengar seorang petani adalah pensiunan ASN ? ada juga pensiunan ASN jadi bertani ya ? Coba deh nih Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia membuat lowongan ASN itu Petani implementatif garap tuh lahan-lahan produktif tapi petaninya dijamin negara sama kaya guru, ga capek apa ya negara terus-terusan membuat program pertanian, coba restrukturisasi dibuka lowongan petani tapi ASN 10 juta petani, jadi kita swasembada pangan dan siap jadi kaya raya, karena surplus pangan. Kesulitan petani disini ya terus bertani tapi semuanya sendiri dari mulai modalnya, pupuknya, proses giling, hingga mencari tengkulak jika panen tidak terkendali jadinya murah ya tidak jadi balik modal, silakan publik lebih kritis lagi pada kementerian ini karena semua loker ASN mereka yang atur. Maunya jadi peternak, tapi digaji negara kan mantap. Ini baru regenerasi sektor pangan.
- Genjotan impor pangan kualitas jelek yang tidak setara dengan kualitas ekspor dari Indonesia sehingga mengganggu pencernaan konsumen Indonesia. Kerabat sering belanja pangan-pangan impor dari toko daring ? sekarang kan sudah bebas ya, langsung kirim-kirim saja, lebih waspada ya kerabat karena standar kualitas keamanan di negar lain tentu berbeda dengan keamanan pangan di Indonesia, ya sesekali menikmatinya tidak mengapa untuk eksplorasi, oleh-oleh, dan referensi cita rasa baru, yang dikhawatirkan ketergantungannya. Memangnya produk lokal bagus ? setidaknya bahan bakunya masih terkendali dari sisi rantai pasoknya dan skala keamanannya pun ya sebatas lokal saja untuk beberapa kategori jenis makanan/pangan yang memerlukan pengolahan atau sebelum diolah.
Kami melakukan survei terdekat di beberapa warung dan grosir dimana produk pangan kemasan masih dikirim dari produsen lokal namun kualitas komposisinya tentu lebih banyak pengawet dan publik sebagai konsumen setidaknya mulai teliti kembali.
Tentang lambung yang kritis ini kompleks ya kerabat, seperti dipaksa sehat pada kondisi carut marut ekonomi, ya hal sederhana yang kami tanyakan adalah kebiasaan sarapan kepada beberapa pekerja, saat ini jawabannya hampir sama "tidak sempat sarapan, nanti saja digabung dengan makan siang atau menuju sore, dan yang penting sudah ngopi/merokok biar anak-istri saja yang makan duluan", hal ini juga menarik empati kami yang sebegitunya kondisi/nasib isi piring bangsa kini ? Ini artinya gejala ketimpangan ekonomi dan kesejahteraan harus adil. Setidaknya publik yang benar-benar berikhtiar ini hak-hak rezekinya tidak dicaplok penguasa.
Kerabat, semoga awal tahun ini banyak rezeki berlimpah ya. Tetap solid selalu sebagai kekuatan berbangsa yang mulai diperhitungkan jika banyak penyelewengan sebagai fenomena akhir-akhir ini.
Demikian - Hatur nuhun.