Jakarta tampaknya sudah tidak asing dengan banjir. Permukaan tanah tercatat menurun akibat penggunaan air tanah berlebihan. Selain itu, macet terjadi. Penumpukan kendaraan di jalan jadi pemandangan biasa. Polusi udara juga terhitung sebagai masalah. Urbanisasi dari daerah ke Jakarta masih berlangsung, menambah kepadatan penduduk ibu kota.
Pada sisi lain, pemerintah telah membangun infrastruktur sebagai cikal bakal ibu kota baru di sebagian Penajam Paser Utara (PPU) dan sebagian lainnya di Kutai Kartanegara (Kukar). Disebut Nusantara. Sebagian aparatur sipil negara yang bertugas di Jakarta secara bertahap akan turut berpindah ke sana.
Bila Kompasianer adalah penduduk Jakarta, apakah ingin ikut berpindah ke Nusantara? Atau, memilih tetap tinggal di Jakarta? Yuk, ceritakan alasan Kompasianer, mengapa tetap memilih tinggal di Jakarta dengan segala keadaannya?
Bila Kompasianer bukan penduduk Jakarta, sangat boleh juga untuk urun pendapat. Mengapa sampai sejauh ini, dengan segala keadaan, ada yang tetap memilih tinggal di Jakarta?
Tulis opini Anda di Kompasiana pada Lomba Opini Alasan Tetap Tinggal di Jakarta.
Raih hadiah:
- Juara I Kain Tenun Khas Nusantara dari Pak Merza Gamal (ongkos kirim gratis), Juara II (Gopay 50k), dan Juara III (Gopay 25k);
- Juara I, II, dan III mendapat Buku "Kisah Omjay 50 Tahun Menjadi Manusia" karya Dr. Wijaya Kusumah, S.Pd., M.Pd. (ongkos kirim gratis);
- Artikel Juara tayang di IG Kopaja71; dan
- Artikel Juara tayang sebagai Artikel Utama di cerpensastragrup.com.
Sertakan tagar: Jakarta, Kopaja71, Tinggal di Jakarta.
Juri:
- Dr. Wijaya Kusumah, S.Pd., M.Pd. (Omjay); dan
- Widi Kurniawan (Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022).
Mari, utarakan opinimu di Lomba ini.
Semangat!