Kotekatalk-199: "Selamat Ultah Kompasiana, Serunya Nongkrong di Mabesmu"
Kompasianer nongkrong bareng di kantor Kompasiana (dok. Rahab Ganendra)

Kotekatalk-199: "Selamat Ultah Kompasiana, Serunya Nongkrong di Mabesmu"

Mulai : Sabtu, 26 Oktober 2024 16:00 WIB
Selesai : Sabtu, 26 Oktober 2024 16:40 WIB
Zoom
00
00
00
00
Hari Jam Menit Detik
0 Peserta Mendaftar

Hi, Koteker dan Kompasianer. Apa kabar? Masih sehat dan bahagia, bukan.

Sabtu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana, Wangsa dan Pesanggrahan Indonesia, e.V Bonn, mengajak kalian untuk menikmati obrolan dengan founder dan dalang Wayang Sampah, Muhammad Sulthoni Sastrowijoyo alias Toni Konde. 

Pria kelahiran Tanjung Karang, Lampung, Sumatra itu menceritakan awal mula membuat wayang sampah. Dari muda, mas Toni suka bersih gunung. Di sana menemukan banyak sampah dan muncul ide untuk memanfaatkan sampah. Kala itu juga terinspirasi dengan wayang kertas yang muncul sebagai wayang modern, dari sampah juga. Mencoba wayang dari plastik menjadi pilihannya. Plastik belum begitu bagus didaur ulang di Indonesia utamanya, di negara-negara di dunia ini pada umumnya. Apalagi, plastik mencemari lingkungan seperti di laut dan dimakan ikan. Ikannya dimakan manusia. 

Membentuk Wangsa, komunitas yang peduli akan sampah dan menciptakan wayang sampah dari plastik tahun 2014. Kemudian pada tahun 2015, tercipta oleh mas Toni ini trash gamelan. Iringan musik wayang sampah yang terbuat dari sampah gelas. Sehingga wayang sampahnya diiringi trash gamelan sejak 2016, 2017, 2018 sampai hari ini.

Ditanya tentang bagaimana ia akan meregenerasi para pembuat wayang sampah atau dalang wayang sampah, mas Toni menjawab bahwa setahun sekali, mengadakan festival sampah. Bersama Wangsa, ia keliling ke desa-desa untuk bersama-sama memanfaatkan sampah. Sayang berhenti karena pandemi.  Baru berlanjut tahun 2021, tepatnya di Pacitan. 

Tidak ada yang sia-sia untuk sesuatu yang baik. Apa yang dilakukan mas Toni dan Wangsa, mendapat apresiasi yang baik. Award didapatnya. Misalnya PSDK, art grant dari Bagong Kussudiarjo. Terpilih 4 pemenang, Wangsa salah satunya. Hibah seni waktu itu disajikan dalam pentas "Operasi Plastik." Garin Workshop Indonesia Kaya juga menjadi salah satu institusi yang memberikan Wangsa penghargaan. Pertunjukan Wangsa kali itu adalah "buto dari Plastik." Kehidupan dari putri Cempol Solo sebagai TPA yang menginspirasi tarian buto sampah. 

Wayang-wayang sampah rupanya memiliki beberapa tokoh khusus dengan nama pakem seperti:

  • Berbaju hitam - pak lurah
  • Berbaju hijau - pak Somad, hansip kecamatan (yang rupanya diinspirasi hansip sungguhan)
  • Berambut pink dan memakai kemben - Genduk (biasa menjadi sebutan perempuan Jawa di desa "Nduk).

Komunitas Traveler Kompasiana sangat bangga, bahwa, lewat wayang sampah, Wangsa dan mas Toni nggak hanya menyelamatkan bumi tapi juga mengenalkan budaya Indonesia ke seluruh dunia. Dalam tayangan awal zoom, moderator Gana Stegmann, Kompasianer of the year 2020 menampilkan youtube di mana Wangsa pentas bersama dalang wayang sampah wanita dari Spanyol. Mahasiswa ISI itu tampak lincah memainkan wayang sampah. Luar biasa!

Wayang sampah nggak hanya punya show di Indonesis seperti Bandung, Yogyakarta dan Jakarta  saja tapi di luar negeri seperti Thailand tahun 2019, Philipina tahun 2019 dan Taiwan tahun 2018. Go international!

Dari Solo, Mimin mengajak kalian ke Jerman. Ada Gana Stegmann yang sudah bergabung sejak 2011 bersama Kompasiana dan menggawangi Komunitas Traveler Kompasiana sejak 2015 sampai sekarang, akan menceritakan keseruan nongkrong di markas besar aka kantor Kompasiana di Palmerah. Kalian sudah pernah ke sana? Mari bergabung, ceritakan kunjungan kalian ke sana. Ini berkaitan dengan ulang tahun Kompasiana ke -16 yang akan dirayakan dengan pesta blogger terbesar di tanah air, Kompasianival! Di sana ada ajang ketemuan dan menikmati acara menarik seperti talkshow, pameran dan sebagainya. Endingnya, bakalan ada penghargaan bagi Kompasianer pilihan sesuai kategori dan komunitas terbaik di Kompasiana. Koteka sendiri adminya sudah ada yang beruntung mendapat award:

  1. Dhave Dhanang - the best in specific interest 2015
  2. Nanang Diyanto - the best in specific interest 2017
  3. Gana Stegmann - Kompasianer of the year 2020
  4. Koteka - the best community 2021

Nah, kembali ke thema Kotekatalk Sabtu, Mbak Gana datang ke Indonesia setiap tahun sejak kepindahannya ke Jerman. Koteka lahir pada tahun 2015. Kemudian, pada tahun 2015 itu dan 2016 mbak Gana bertandang ke Kompasiana, misi bersilaturahim dengan para adminnya dan Kompasianer yang namanya sudah nggak asing lagi bagi Kompasianer yang setia sama Kompasiana sejak dulu sampai hari ini. Sebut saja nama Kompasianer seperti almarhum mas Diaz, mbak Muthiah Alhasany, mbak Ira Lathief, Mbak Tami, mas Rahab Ganendra, mas Agung, mbak Marla Sapei, Riap Windu, Syifa, Maria Margaretha, Edrida Pulungan, Edy Priyatna, pak Axtea hadir dalam pertemuan sersan, serius tapi santai itu.

Selain cipika-cipiki, rupanya ada acara khusus mengenalkan buku mbak Gana. Buku apa saja itu? Snacknya apa, coba? Bagaimana rangkaian acara hari itu? Apa yang menarik? Admin Kompasiana ramah nggak, sih? Bagaimana transport menuju markas? Apa manfaat dari acara kumpul seperti itu di kantor Kompasiana, sih? 

Semua akan dikupas dalam Kotekatalk-199 pada:

  • Hari/Tanggal: Sabtu/ 26 Oktober 2024
  • Pukul: 16.00 WIB Jakarta/ 11.00 CEST Berlin
  • Link: DI SINI

Kantor Kompasiana ada di Jalan Palmerah Selatan. Dahulu, ada acara "Ngoplah", di mana setiap Kompasianer boleh mengadakan acara di sana gratis. Kemudian ada juga acara "Nongkrong" yang mirip. Sekarang, ada pavilion di luar yang bisa digunakan. Seru, ya. Ada tempat khusus bagi member dari Kompasiana yang nggak hanya menulis tapi juga berkegiatan offline. 

Berada di kantor Kompasiana aka di kota Jakarta, tentu saja kita bisa sambil jalan-jalan, dong. Mulai dari pasar tradisional sampai jajan kuliner d warung-warung yang tersebar di tepi jalannya. Kata siapa Jakarta nggak punya tempat yang menarik untuk dikunjungi? Menarik dan recommended!

"Ke Bogor jangan lupa mampir ke istana. Di Bogor ada bunga Raflesia, bersama Komunitas Traveler Kompasiana, kita majukan pariwisata Indonesia" (Menparekraf RI Sandiaga Uno, Kotekatalk-83, 2 April 2022).

Sampai jumpa Sabtu.

Salam Koteka. (GS)

0 Peserta Mendaftar


Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar
Acara kumpul2 ini Kompasianival tidak diadajan di markas besar Kompasiana
2024-10-26 05:42:25