Yang lalu Pulpen menyelenggarakan pertemuan ketiga belasnya, tanpa ampun, Sabtu, 11 Mei 2024, Pulpen langsung hajar pertemuan keempat belas. Bukan aji mumpung, Pulpen bukanlah seperti itu. Pertemuan kali ini mengangkat tema “Kalimat Efektif dalam Penulisan Narasi Cerpen” yang dibawakan oleh guru Bahasa Indonesia senior yaitu Dra. Ninik Sirtufi Rahayu, M.Pd., atau yang biasa dipanggil dengan Uti. Pertemuan keempat belas dimoderatori oleh salah seorang anggota Pulpen, Elisa.
Seperti biasa, pertemuan-pertemuan Pulpen selalu dihadiri oleh Bang Horas selaku pendiri Pulpen itu sendiri. Rasanya belum sekalipun Bang Horas tidak hadir dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh Pulpen. Sesibuk-sibuknya, Bang Horas selalu berusaha menyempatkan hadir dan memberikan kontribusi dalam setiap pertemuan Pulpen. Bahkan, dalam setiap pertemuan, Bang Horas selalu yang hadir di awal jauh sebelum peserta lain datang atau masuk dalam zoominar.
Materi kali ini sangatlah penting untuk diketahui oleh penulis cerpen. Jangan sampai banyak kalimat dan kata-kata mubazir dan tidak berguna dalam sebuah cerpen. Penasaran bagaimana materinya? Yuk, simak pembahasannya berikut ini.
Pembahasan Materi
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan sesuai dengan yang diharapkan oleh si penulis atau si pembicara. Dengan kata lain, kalimat harus mampu menciptakan kesepahaman antara pembaca/pendengar dan penulis/pembicara.
Ada beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam membuat kalimat efektif, sebagai berikut.
1. Kelugasan
Informasi yang disampaikan yang pokok-pokok saja, tidak boleh berbelit-belit dan sebisa mungkin disampaikan secara sederhana.
Contoh.
Aku sendiri menyaksikan peristiwa “yang” mencengangkan itu. (salah)
Aku menyaksikan peristiwa mencengangkan itu. (benar)
2. Ketepatan
Ketidaktepatan kalimat bisa menimbulkan keambiguan. Akibatnya, pembaca/pendengar dapat memiliki banyak penafsiran. Makna kalimat pun jadi kabur dan meragukan.
Contoh.
Rumah bosku “yang mewah” itu terbakar kemarin. (salah)
“Rumah mewah” bosku terbakar kemarin. (benar)
3. Kejelasan
Kejelasan lebih berkaitan dengan struktur kalimat. Kalimat disebut efektif jika memiliki struktur yang jelas dan unsur yang lengkap.
Contoh.
“Jika” malam ini hujan, “maka” aku akan makan mi goreng. (salah)
“Jika” malam ini hujan, aku akan makan mi goreng. (benar)
Malam ini hujan, “maka” aku akan makan mi goreng. (benar)
4. Kehematan
Kalimat efektif itu hemat. Artinya, informasi harus disampaikan dengan cermat, tidak boros, dan penuh kehati-hatian.
Contoh.
Aku “hanya” ingin tidur “saja”. (salah)
Aku “hanya” ingin tidur. (benar)
Aku ingin tidur “saja”. (benar)
5. Kesejajaran
Bentuk dan struktur yang digunakan dalam kalimat harus paralel, sama, atau sederajat. Dalam hal bentuk, kesejajaran terutama terletak pada penggunaan imbuhan. Dalam hal struktural, kesejajaran terletak pada klausa-klausa pengisi kalimat majemuk.
Contoh.
Ibu “menggoreng” ayam dan “diberikannya” pada adikku. (salah)
Ibu “menggoreng” ayam dan “memberikannya” pada adikku. (benar)
Setelah materi dibawakan, Uti (sapaan akrab pemateri) langsung dicecar peserta dengan pertanyaan. Tidak hanya bertanya, ada juga yang memberikan pandangan lain terhadap materi yang dibawakan oleh Uti. Pulpen tidak membatasinya, selama bisa dipertanggungjawabkan opini tersebut dan ada referensinya, maka itu sah-sah saja. Sudah menjadi hal biasa, saat sesi tanya jawab, akan sangat terasa panas dan seru. Kalau saja tidak dibatasi oleh waktu, bisa-bisa diskusi terus berlanjut.
Bagaimana, masih belum mau ikutan dalam pertemuan Pulpen berikutnya? Isi materinya daging semua dan dibawakan oleh narasumber yang berpengalaman di bidangnya. Lihat saja cerpen karya anggota Pulpen, semuanya berbobot. Pemenang tiap sayembara cerpen yang diadakan selalu melibatkan juri yang tentu saja mumpuni.