Opini Koran Jadi Sorotan Publik: Tragedu "Raya" Angkat Isu Kesehatan Anak hingga Radio Nasional

2025-08-28 22:01:31 | Diperbaharui: 2025-08-28 22:01:31
Opini Koran Jadi Sorotan Publik: Tragedu "Raya" Angkat Isu Kesehatan Anak hingga Radio Nasional
Acara Talkshow Radio Idola FM Semarang yang menghadirkan Dosen Spesialis Medikal Bedah Unimus Semarang/Foto : Radio Idola FM Semarang

Semarang – Tulisan opini berjudul “Raya dan Alarm Kesehatan Anak Indonesia” karya Prima Trisna Aji, Dosen Program Studi Spesialis Medikal Bedah Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), menuai respons luas setelah dimuat di harian Kompas pada 23 Agustus 2025. Artikel itu menyingkap kisah memilukan seorang balita di Sukabumi, Jawa Barat, yang meninggal karena infeksi cacing gelang (Ascaris lumbricoides) dengan jumlah luar biasa hingga lebih dari satu kilogram di dalam tubuhnya.

Tulisan ini memantik diskusi karena menyentuh problem mendasar kesehatan anak. Gema dari opini tersebut kemudian mengantarkan Prima diundang menjadi narasumber talkshow Radio Idola 92,6 FM Semarang pada Jumat (29/8/2025) pukul 07.25 WIB. Dalam siaran itu, ia menekankan kembali pesan pentingnya pencegahan penyakit menular yang sesungguhnya bisa dicegah dengan intervensi sederhana.

Isyarat Bahaya bagi Bangsa

Menurut Prima, kasus Raya adalah tanda bahaya serius bagi sistem kesehatan Indonesia. Kematian anak akibat cacingan, menurutnya, tidak boleh dianggap sebagai kejadian terpisah, melainkan cerminan lemahnya layanan dasar yang seharusnya menjadi hak setiap anak.

Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkuat kekhawatiran itu. Saat ini, sekitar 1,5 miliar orang atau seperempat penduduk dunia terinfeksi cacing usus, dengan anak-anak sebagai kelompok paling rentan. Indonesia sendiri masih menghadapi prevalensi tinggi. Riset berbagai daerah menunjukkan angka infeksi yang bervariasi, mulai dari 2,5 persen hingga melampaui 60 persen, bergantung pada kondisi lingkungan dan sanitasi. Kajian lain bahkan mencatat bahwa hampir sepertiga murid sekolah dasar pernah mengalami infeksi cacing.

Prima menegaskan, fakta tersebut menunjukkan tragedi Raya hanyalah satu dari sekian banyak kasus serupa yang mungkin masih tersembunyi. Ia menyebut, pencegahan bisa dilakukan melalui langkah-langkah sederhana: memperbaiki sanitasi, membiasakan cuci tangan, memastikan penggunaan jamban sehat, serta memberikan obat cacing secara berkala kepada anak.

Acara podcast Bincang Unimus Semarang yang menghadirkan Dosen Spesialis Medikal Bedah Unimus Semarang dan Duta Unimus/Foto : Podcast Unimus

Gagasan yang Bergerak Lintas Media

Keistimewaan kasus ini terletak pada bagaimana opini seorang akademisi daerah mampu menembus media arus utama, lalu bergulir ke medium lain. Dari surat kabar, ide itu merambah udara lewat siaran radio, dan kemudian berlanjut ke forum akademik kampus melalui Podcast Bincang Unimus. Perjalanan gagasan ini menjadi contoh nyata bahwa suara ilmuwan dari daerah pun bisa membentuk percakapan publik yang luas.

Prima berharap momentum ini tidak berhenti pada sebatas diskusi. “Kita perlu memastikan isu ini berujung pada tindakan nyata. Anak-anak adalah investasi masa depan bangsa, dan kesehatan mereka adalah tanggung jawab bersama,” katanya.

Seruan untuk Menghindari Tragedi Ulang

Dalam talkshow Radio Idola FM, Prima menekankan bahwa peristiwa tragis seperti yang dialami Raya seharusnya tidak terulang kembali. Baginya, Raya bukan sekadar nama seorang balita, melainkan simbol yang menegur seluruh bangsa agar tidak lengah. Ia menambahkan, setiap anak Indonesia berhak tumbuh tanpa dibayangi penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan mudah.

Keterlibatan media, akademisi, dan masyarakat membuat isu kesehatan anak kini mendapat perhatian lebih besar. Alarm itu sudah berbunyi. Pertanyaannya, apakah bangsa ini siap bertindak sebelum muncul “Raya” berikutnya?

 

 

 

 
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar