Menjadi mahasiswa tingkat akhir itu rasanya seperti berjalan di jembatan rapuh antara masa kuliah yang penuh rutinitas dan dunia baru yang penuh ketidakpastian. Kadang, beban skripsi, tugas akhir, praktik lapangan, atau persiapan karier membuat hati kita sesak, jari-jari mengetik sampai larut malam, dan pikiran selalu berkecamuk.
Realita Stres di Balik Layar Skripsi
Tapi kamu tidak sendiri. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa tekanan yang kamu alami sangatlah nyata dan dikeluhkan banyak teman seperjuangan:
-
Di Universitas Nusa Cendana, 48% mahasiswa tingkat akhir di Prodi Kesehatan Masyarakat melaporkan tingkat stres akademik yang tinggi.
-
Di Universitas Jambi (Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan), sekitar 91,3% mahasiswa tingkat akhir memiliki kualitas tidur yang buruk — dan penelitian menunjukkan hubungan signifikan antara stres dan buruknya tidur.
-
Di Politeknik Kesehatan Surakarta, studi menemukan korelasi kuat (r = 0,489) antara stres dan kualitas tidur pada mahasiswa terapi okupasi tingkat akhir.
-
Penelitian di Banyuwangi menemukan bahwa 70,7% mahasiswa semester akhir mengalami stres moderat karena kelelahan.
-
Bahkan, pada mahasiswa tingkat akhir Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, self-disclosure (bercerita atau membuka diri) ternyata sangat berperan: semakin terbuka menceritakan beban, semakin bisa mengurangi stres.
-
Tidak hanya itu, kecemasan saat menghadapi dunia kerja setelah lulus juga nyata: penelitian di UIN Suska Riau menunjukkan 61,2% kecemasan mahasiswa tingkat akhir berpengaruh signifikan terhadap kesiapan mereka menghadapi pekerjaan.
Data-data ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk mengingatkan bahwa pergulatanmu adalah hal yang sangat manusiawi dan dialami banyak orang.
Kita Semua Sedang Meniti Titik Transisi
Apa setelah lulus? Apakah pekerjaan impian datang? Bagaimana menghadapi kegagalan atau penolakan? Pertanyaan-pertanyaan ini wajar dan sering membuat gelisah.
Kamu mungkin merasa:
-
Capek secara fisik dan mental.
-
Tak cukup kompeten.
-
Tak punya dukungan sosial yang kuat.
-
Takut gagal atau mengecewakan orang tua.
-
Bingung menentukan arah karier.
Tapi semua itu bisa jadi bahan bakar. Karena dari ujian-lah kita tumbuh.
Pesan untuk Kamu yang Sedang Berjuang
-
Kenali Bebanmu
Sadari bahwa stres dan cemas adalah bagian dari perjalanan. Angka-angka penelitian di atas menunjukkan bahwa banyak orang mengalami hal yang sama. Kamu tidak “berdosa” hanya karena merasa tertekan. -
Jangan Menyendiri
Cari tempat untuk berbicara. Bisa dengan teman, saudara, atau dosen pembimbing. Penelitian menunjukkan self-disclosure (membuka diri) bisa sangat membantu mengurangi stres.Selain itu, dukungan sosial memang penting. Menurut penelitian, mahasiswa dengan dukungan sosial lebih mampu menghadapi kecemasan terkait dunia kerja.
-
Istirahat itu Bukan Kemewahan, Tapi Kebutuhan
Karena beban akademik sangat tinggi, kualitas tidur sering terganggu.Sisihkan waktu untuk istirahat — tidur yang cukup, me time, refreshing — agar tubuh dan pikiran bisa menyeimbangkan diri.
-
Kelola Ekspektasi & Tekanan
Tekanan bisa datang dari diri sendiri, orang tua, dosen, atau lingkungan. Banyak mahasiswa akhir mengalami tekanan karena sulit menentukan tema penelitian, tekanan dari orang tua, serta konflik dengan pembimbing.Ingat, menyelesaikan skripsi mungkin memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan — dan tak apa-apa. Proses bukan sekadar target lulus, tetapi pembelajaran hidup.
-
Gunakan Strategi Positif
-
Buat jadwal pengerjaan — potong skripsi jadi bagian kecil agar tidak terasa menakutkan.
-
Cari mentor atau “buddy skripsi” untuk berbagi beban & ide.
-
Refleksi: tuliskan kenapa awalnya kamu memilih jurusan ini, visi masa depanmu, dan apa arti lulus untukmu. Biarkan itu menjadi “motivasi api”.
-
-
Persiapkan Masa Depan dengan Realistis
Kecemasan soal kerja wajar, apalagi banyak lulusannya. Gunakan masa akhir kuliah untuk:-
Magang
-
Membangun portofolio
-
Membuat relasi dengan alumni atau profesional di bidangmu
-
Harapan di Ujung Jembatan
Mahasiswa tingkat akhir bukan sekadar “orang yang ngebut skripsi”. Kamu adalah pejuang yang sudah menempuh perjalanan panjang: ribuan jam kuliah, tugas, kegagalan, revisi, dan pencarian arti.
Ingat:
-
Setiap revisi judul skripsi itu bukan kegagalan, tapi proses pendewasaan.
-
Setiap malam begadang menulis bukan hanya untuk lulus, tapi untuk menunjukkan bahwa kamu punya keteguhan.
-
Setiap rasa takut gagal adalah tanda kamu peduli terhadap masa depanmu — dan itu bukan kelemahan, melainkan kekuatan.
Ketika kamu lulus nanti, tidak hanya gelar yang kamu bawa, tetapi juga keberanian, kedewasaan, dan pengalaman yang sangat berharga. Dan di balik setiap kecemasan, akan ada kebanggaan yang besar: “Aku bisa melewati ini.” Untuk kamu yang sekarang sedang berada di semester terakhir, yang tengah menyusun skripsi, tugas akhir, atau ujian final: semangatlah. Beban ini nyata, tapi kamu lebih nyata. Jangan takut meminta bantuan, jangan remehkan istirahat, dan jangan lupa mengingat alasan awal kenapa kamu memilih jalan ini. Karena suatu hari, ketika kamu melihat kembali, kamu akan sadar: semuanya bermakna.