Self Care Dalam Perspektif Islam: Merawat Diri, Meraih Ridho Illahi

2025-09-01 09:31:41 | Diperbaharui: 2025-09-01 09:34:01
Self Care Dalam Perspektif Islam: Merawat Diri, Meraih Ridho Illahi
Sumber foto : Pinterest/ Ariana Kattan

 

Oleh: Nita Qomariyah 

Pernahkah kita merasa lelah, bukan hanya fisik tapi juga hati? Rasanya tenaga terkuras, pikiran penuh beban, dan hati tidak tenang. Di situlah kita butuh yang namanya self care. Dalam pandangan Islam, konsep ini bukan sekadar tren, melainkan sebuah kewajiban. Islam memandang tubuh kita sebagai amanah dari Allah SWT yang harus dijaga, termasuk jiwa dan akal kita. Oleh karena itu, self care bukan hanya demi kesehatan fisik dan mental, tetapi juga bagian dari ibadah.

Lalu Apa Sebenarnya Self Care itu? 

Self care adalah kemampuan seseorang atau kekompok untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, baik kesehatan fisik maupun mental, dengan atau tanpa dukungan dari tenaga medis.

Lalu Bagaimana Cara Melakukan Self Care Dalam Pandangan Islam? 

Self care ala Rasulullah dapat dilakukan dengan cara:

 1. Menjaga Kesehatan Mental dan Hati. Allah SWT berfirman: "Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra’d: 28) Dzikir, doa, dan ibadah menjadi bentuk self care bagi kesehatan batin. Dengan hati yang tenteram, stres dan kegelisahan dapat terkelola dengan baik. Dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW juga mengatakan: "Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu, matamu memiliki hak atasmu, dan istrimu (keluargamu) memiliki hak atasmu." (HR. Bukhari no. 5199) Hadis ini mengingatkan kita bahwa menjaga diri adalah bagian dari ibadah. Kita tidak boleh memforsir tubuh hingga sakit, atau menekan perasaan sampai hati gundah.

2. Menjaga Pola Hidup Seimbang. Allah SWT berfirman: "Dan makanlah serta minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A’raf: 31) Islam mengajarkan prinsip moderasi, termasuk dalam pola makan dan gaya hidup, agar terhindar dari penyakit fisik maupun batin.

3. Olahraga dan Kekuatan Fisik. Rasulullah SAW bersabda: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.” (HR. Muslim no. 2664) Hadis ini menegaskan pentingnya menjaga kekuatan fisik sebagai bagian dari keimanan.

 4. Istirahat yang cukup. Allah SWT berfirman: "Dan karena rahmat-Nya, Dia menjadikan untukmu malam dan siang supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur." (QS. Al-Qashash: 73) Dari ayat di atas membuktikan bahwa, kita harus mampu mengatur waktu antara istirahat dan beraktifitas.

5. Luangkan waktu untuk melakukan hobi yang bermanfaat. Rasullullah SAW juga memiliki hobi, yaitu memanah dan berkuda.

6. Menyendiri sejenak untuk tafakur. Istilah ini disebut juga meditasi. Bahkan Rasullullah SAW sendiri pernah melakukan meditasi, yaitu menyendiri di goa Hira', atau yang umat islam kenal dengan istilah uzlah.

7. Silaturrahmi. Mengunjungi orang kita percaya dan bersedia mendengar keluh kesah kita. Karena ngobrol dengan orang yang kita percaya bisa menguatkan hati.

Manfaat Self Care 

1. Meningkatkan Kesehatan Fisik Aktivitas seperti olahraga, pola makan yang teratur, dan istirahat yang cukup, dapat membantu memperkuat sistem imun.

2. Menurunkan Stres dan Kecemasan Praktik meditasi, menyalurkan hobi atau sekadar berjalan santai di alam dapat menurunkan kadar hormon stres (kortisol).

3. Meningkatkan Produktivitas Ketika tubuh dan pikiran berada dalam kondisi optimal, seseorang dapat bekerja dengan fokus dan efisien.

4. Memperkuat Hubungan Sosial Dengan kondisi mental yang sehat, seseorang lebih mampu berinteraksi positif dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.

Self care bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan. Dengan self care, kita bukan hanya menjaga kesehatan, tapi juga sedang melaksanakan amanah Allah. Dengan self care, kita dapat meningkatkan kualitas hidup, memperkuat daya tahan tubuh, dan menjaga kesehatan mental.

Jadi, jangan ragu meluangkan waktu untuk dirimu sendiri. Ingat, menjaga diri bukan berarti egois, justru itulah jalan untuk lebih kuat beribadah dan memberi manfaat untuk orang lain.

 

Referensi 1. Departemen Agama RI. (2005). Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: CV Diponegoro. 2. Al-Bukhari, Imam. (2002). Shahih al-Bukhari. Jakarta: Pustaka Azzam. 3. Muslim, Imam. (2006). Shahih Muslim. Jakarta: Darus Sunnah.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
1 Orang menyukai Artikel Ini
avatar