Ketika kita berbicara mengenai pemulihan ekonomi di Provinsi Lampung, diskusi kita sering kali terfokus pada topik-topik makro yang sudah mapan. Kita membahas optimalisasi Pelabuhan Bakauheni sebagai gerbang Sumatera, peningkatan produktivitas komoditas unggulan seperti kopi dan lada, atau pembangunan infrastruktur jalan tol untuk memperlancar logistik. Semua ini tentu sangat vital. Namun, di tengah hiruk pikuk proyek-proyek besar, kita sering kali melupakan satu infrastruktur fundamental yang justru memiliki dampak paling langsung dan berkelanjutan terhadap denyut nadi ekonomi di tingkat akar rumput, yaitu akses terhadap Sekolah Dasar yang berkualitas. Sudah saatnya kita mengubah cara pandang, dari melihat pendidikan dasar sebagai sekadar kewajiban sosial, menjadi melihatnya sebagai sebuah instrumen investasi ekonomi jangka pendek yang strategis.
Membebaskan Tenaga Kerja Produktif, Bukan Sekadar Mendidik Anak
Ini adalah gagasan krusial yang sering terabaikan. Di banyak wilayah di Lampung, terutama di daerah pedesaan atau pesisir yang mungkin masih terisolasi, ketiadaan akses Sekolah Dasar yang dekat dan aman sering kali menjadi beban tersembunyi bagi perekonomian keluarga. Ketika sebuah SD berjarak terlalu jauh atau fasilitasnya tidak memadai, siapa yang menanggung dampaknya secara langsung? Sering kali, itu adalah para ibu atau wali perempuan dalam keluarga. Mereka terpaksa mendedikasikan sebagian besar waktu produktifnya untuk mengantar, menunggu, atau bahkan mengompensasi ketidakhadiran sekolah dengan mengajar sendiri di rumah. Waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk mengelola warung, mengolah hasil kebun, atau berpartisipasi dalam usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal, habis tersita oleh masalah akses pendidikan dasar ini. Dengan menyediakan akses SD yang mudah dijangkau, kita tidak hanya sedang mendidik anak-anak, kita juga sedang membebaskan potensi tenaga kerja produktif dalam rumah tangga, terutama perempuan, untuk berkontribusi penuh pada ekonomi lokal.
Sekolah sebagai Mesin Penggerak Ekonomi Skala Mikro
Sebuah Sekolah Dasar yang berfungsi di sebuah desa bukanlah sekadar bangunan tempat belajar. Jika dikelola dengan benar, ia adalah sebuah mesin penggerak ekonomi skala mikro yang sangat efektif. Coba kita hitung perputaran uang yang terjadi. Pembangunan atau renovasi gedung sekolah akan menyerap tenaga kerja dan bahan bangunan lokal. Kehadiran siswa dan guru setiap hari secara otomatis akan menumbuhkan usaha-usaha pendukung di sekitarnya. Kantin sekolah akan membutuhkan pasokan bahan makanan dari pasar setempat. Penjahit lokal akan mendapatkan pesanan seragam. Bahkan jasa transportasi sederhana seperti ojek atau angkutan desa akan ikut hidup. Dengan demikian, investasi yang ditanamkan pemerintah untuk membangun atau memperbaiki sebuah sekolah akan langsung kembali berputar di dalam komunitas itu sendiri, menciptakan efek pengganda yang menopang daya beli dan menghidupkan usaha-usaha kecil di sekitarnya.
Fondasi Literasi Awal untuk Agrikultur Modern dan Ekonomi Digital
Kita tidak bisa berbicara tentang pemulihan ekonomi Lampung tanpa menyentuh sektor agrikultur dan potensinya di dunia digital. Namun, bagaimana mungkin kita bisa mengharapkan seorang petani muda di Lampung Barat untuk menerapkan teknik pertanian presisi atau menjual biji kopinya langsung ke pasar global melalui lokapasar, jika ia bahkan tidak memiliki kemampuan literasi dan numerasi dasar yang kuat? Semua gagasan canggih tentang agrikultur modern dan ekonomi digital akan mental jika fondasinya rapuh. Sekolah Dasar adalah tempat di mana fondasi non-negosiasi ini dibangun. Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) yang diajarkan di SD adalah prasyarat mutlak bagi generasi masa depan Lampung untuk bisa mengadopsi teknologi, memahami informasi pasar, dan beralih dari sekadar buruh tani menjadi seorang wirausahawan agribisnis yang cerdas.
Pada akhirnya, memprioritaskan peningkatan akses dan kualitas Sekolah Dasar di seluruh penjuru Lampung bukanlah sebuah program amal atau pos pengeluaran sosial semata. Ini adalah sebuah strategi pemulihan ekonomi yang paling mendasar dan paling berdampak. Ini adalah investasi hulu yang akan menentukan seberapa cepat dan seberapa kokoh ekonomi lokal kita bisa bangkit dan berlari di masa depan. Membangun sekolah di daerah terpencil hari ini adalah sama pentingnya dengan membangun pelabuhan, karena yang satu membangun infrastruktur fisik, dan yang lainnya membangun infrastruktur manusia yang akan menggerakkan segalanya.