Moonlight (2016): Realita Identitas dan Cinta

2024-06-15 19:57:11 | Diperbaharui: 2024-06-15 19:57:11
Moonlight (2016): Realita Identitas dan Cinta
Poster Film Moonlight

"Moonlight," yang disutradarai oleh Barry Jenkins dan dirilis pada tahun 2016, merupakan salah satu film yang paling banyak dipuji dalam dekade terakhir. Diadaptasi dari drama semi-autobiografi "In Moonlight Black Boys Look Blue" karya Tarell Alvin McCraney, film ini dengan elegan mengeksplorasi tema identitas, maskulinitas, dan cinta dalam komunitas kulit hitam Amerika. Terbagi menjadi tiga bagian, film ini menggambarkan fase-fase utama kehidupan protagonis, Chiron, yang juga dikenal dengan nama panggilan Little dan Black.

 

 Bagian 1: Little

Bagian pertama dari "Moonlight" memfokuskan pada kehidupan Chiron sebagai seorang anak kecil yang dipanggil Little, diperankan oleh Alex R. Hibbert. Ia tumbuh di lingkungan yang keras di Liberty City, Miami, dan sering menjadi korban bullying karena sikap pendiamnya dan fisiknya yang kecil. Kehidupan rumah tangga Chiron tidak kalah suram; ibunya, Paula (Naomie Harris), adalah seorang pecandu narkoba yang sering mengabaikan kebutuhannya, menciptakan lingkungan yang tidak stabil dan penuh tekanan bagi Chiron.

 Salah satu hubungan paling penting dalam bagian ini adalah antara Little dan Juan (Mahershala Ali), seorang pengedar narkoba yang menemukan Little bersembunyi dari sekelompok pengganggu. Juan, bersama pacarnya Teresa (Janelle Monáe), menjadi figur orang tua bagi Little, menawarkan perlindungan dan bimbingan yang tidak dia dapatkan di rumah. Momen di mana Juan mengajarkan Little untuk berenang menjadi simbol penting dalam film ini, melambangkan inisiasi dan pembaptisan dalam pencarian identitas diri yang lebih dalam.

 Pada bagian ini, tema identitas dan pencarian penerimaan sangat kuat. Little mulai menyadari perbedaan dirinya dari anak-anak lain, terutama dalam hal seksualitas. Sinematografi Jenkins, dengan palet warna biru yang kaya dan pencahayaan lembut, menciptakan suasana mimpi yang memperkuat kerentanan dan ketidakpastian masa kecil Little.

 

 Bagian 2: Chiron

Bagian kedua film ini mengangkat kisah Chiron sebagai remaja, diperankan oleh Ashton Sanders, yang masih menghadapi bullying di sekolah dan ketidakstabilan di rumah. Ibunya semakin terpuruk dalam kecanduannya, memaksa Chiron untuk lebih mandiri namun juga lebih terisolasi.

 Hubungan yang penting dalam fase ini adalah dengan Kevin (diperankan oleh Jharrel Jerome), satu-satunya teman sejati Chiron. Salah satu adegan paling berkesan dalam film ini adalah ketika Chiron dan Kevin berbagi momen intim di pantai, di mana mereka berbicara tentang mimpi dan ketakutan mereka. Momen ini penting karena Chiron untuk pertama kalinya merasakan kasih sayang fisik dan emosional yang tulus.

 Klimaks bagian ini terjadi ketika Chiron, setelah mengalami serangan fisik dan emosional yang brutal dari teman-teman sekelasnya, memutuskan untuk melawan. Tindakan ini mengubah jalannya hidupnya secara drastis, menandai akhir dari masa remajanya yang penuh penderitaan. Jenkins menggunakan teknik kamera handheld dan close-up untuk menangkap intensitas emosi dan ketegangan dalam adegan-adegan ini.

 

 Bagian 3: Black

Bagian terakhir film ini menggambarkan kehidupan Chiron sebagai pria dewasa yang kini dikenal sebagai Black, diperankan oleh Trevante Rhodes. Black kini menjadi pengedar narkoba, mengadopsi peran yang dulu dipegang oleh Juan. Penampilannya yang berotot dan sikapnya yang keras menunjukkan perubahan besar dari Chiron yang kita kenal di bagian sebelumnya.

 Meskipun penampilannya telah berubah, Chiron tetap membawa luka emosional dari masa lalunya. Dalam bagian ini, Chiron kembali berhubungan dengan Kevin, yang kini bekerja sebagai koki di Miami. Pertemuan mereka di restoran tempat Kevin bekerja adalah salah satu momen paling kuat dalam film, di mana keheningan dan tatapan mata mereka menyampaikan perasaan yang kompleks lebih dari kata-kata.

 Pertemuan ini memaksa Chiron untuk menghadapi perasaannya dan identitasnya yang selama ini dia tekan. Adegan penutup, di mana Chiron berbaring di pelukan Kevin, mengingatkan kita pada momen keintiman mereka di pantai, menunjukkan bahwa Chiron akhirnya menemukan tempat di mana dia merasa diterima dan dicintai.

Pesan dalam Film

Salah satu tema sentral dalam "Moonlight" adalah identitas, terutama dalam konteks maskulinitas dan seksualitas. Chiron berjuang dengan konsep maskulinitas yang diberikan oleh masyarakat, terutama dalam lingkungan yang keras dan penuh tekanan untuk menunjukkan kekuatan dan kejantanan. Film ini juga menggambarkan realitas kehidupan di lingkungan miskin yang didominasi oleh warga kulit hitam di Amerika Serikat. Melalui karakter seperti Paula dan Juan, Jenkins menunjukkan bagaimana kemiskinan dan sistem sosial yang tidak adil dapat mempengaruhi kehidupan individu.

 "Moonlight" juga merupakan cerita tentang cinta dalam berbagai bentuknya – kasih sayang orang tua, persahabatan, dan cinta romantis. Jenkins menggambarkan bagaimana cinta bisa menjadi sumber kekuatan dan penyembuhan, terutama bagi mereka yang merasa terasing dan terluka.

Sinematografi dalam "Moonlight" sangat menonjol, dengan James Laxton sebagai sinematografernya. Laxton menggunakan palet warna yang kaya dan pencahayaan natural untuk menciptakan suasana yang intim dan emosional. Penggunaan steadycam dan close-up menambah kedalaman emosional pada setiap adegan. Musik dalam film ini, yang disusun oleh Nicholas Britell, juga sangat berpengaruh dalam menambah lapisan emosi. Kombinasi antara musik klasik dan hip-hop menciptakan kontras yang mencerminkan perjalanan Chiron melalui kehidupan.

"Moonlight" adalah sebuah karya yang luar biasa dalam banyak hal. Dengan narasi yang mendalam, karakter yang kompleks, dan visual yang memukau, film ini menawarkan pandangan yang jujur dan penuh empati tentang identitas, cinta, dan perjuangan hidup. Kemenangan "Moonlight" di Academy Awards, termasuk penghargaan untuk Best Picture, Best Supporting Actor untuk Mahershala Ali, dan Best Adapted Screenplay, mengukuhkan posisinya sebagai salah satu film indie terbaik sepanjang masa. Barry Jenkins telah menciptakan sebuah karya seni yang tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi dan mengajak kita untuk merenung lebih dalam tentang kehidupan dan kemanusiaan.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
1 Orang menyukai Artikel Ini
avatar