Terbayang ga sih kalau di sebuah desa disediakan satu pasar yang khusus jual beli sampah plastik? Pastinya suasana akan jadi berbeda, bukan di pasarnya tapi di lingkungan kita.
Sebenarnya di beberapa daerah atau kota besar, sudah ada bank sampah dan komunitas yang terus bergerak untuk mensosialisasikan jenis transaksi ini. Namun ternyata, upaya mereka masih jauh dari kata cukup. Karena faktanya kesadaran masyarakat masih sangat rendah. Dukungan dari pemerintah pun masih belum banyak.
Bukan dukungan dana, tapi minimal publikasi dan kampanye sosialisasinya. Karena inilah ujung tombak sebuah entitas/komunitas atau inovasi bisa dikenali. Bukan untuk jadi terkenal, tapi jadi dikenali masyarakat kita yang masih awam.
Buktinya, sampah plastik masih bergentayangan di mana-mana, di got, pinggir jalan, jangan tanya kondisinya di TPA sekalipun. Jika boleh jujur, berbagai upaya dari komunitas dan inovator bank sampah ini ternyata masih jauh dari ekspektasi. Salah siapa? Yang jelas bukan salah mereka, tapi ketidakpedulian kita untuk menyebarkan informasi itu yang masih rendah.
Padahal kita tau ada bank sampah, padahal kita tau dimana lokasi transaksinya, tapi kita kadang terlalu sibuk dan akhirnya memilih tak peduli. Sekali lagi bagaimana kalau tidak perlu mencari siapa yang salah.
Bagaimana jika kamu, aku atau kita bisa menjadi pelopor bagi perpanjangan tangan sejumlah komunitas bank sampah ini di masyarakat. Bagaimana jika pasar sampah plastik dalam skala kecil ini di inisiasi oleh para remaja masjid, anak muda, komunitas pecinta alam ataupun bahkan ibu rumah tangga.
Bukan karena siapa kita, namun harusnya sepeduli apa kita terhadap lingkungan. Bagaimana jika model pasar sampah plastik ini cukup berada di lahan sempit yang digelar transaksinya seminggu sekali. Ada pembeli yang diundang dari bank sampah terdekat misalnya, kemudian diumumkan di masjid dan media desa, bahwa akan ada transaksi jual beli sampah pada hari ini dan ini.
Apalagi jika masyarakat atau setiap kepala keluarga diberi satu wadah plastik besar untuk mengumpulkan sampah plastik selama seminggu. Atau bahkan jika bisa warga desa yang berinisiatif untuk mengambilnya dari rumah ke rumah, ditimbang di tempat, diberi kupon harga barang yang nantinya bisa ditukar di pasar sampah plastik. Bukankah pembeli besarnya ada disitu?
Atau bagaimana jika di sekolah-sekolah, siswa SD bisa menjual sampah plastik hasil mengumpulkan secara mandiri, dimana setiap seminggu sekali, di hari Sabtu, di pintu keluar sekolah, Abang pembeli sampah plastik menunggu untuk membeli dari mereka. Betapa senangnya mereka ketika menerima uang 2 ribu atau 3 ribu dari hasil mengumpulkan sampah plastik.
Meskipun stigma mengumpulkan sampah plastik ini nantinya akan identik dengan pemulung, karena memang stigma ini begitu melekat dalam masyarakat kita. Namun apabila dilakukan serentak dan bersama-sama, bukankah anggapan ini akan sedikit demi sedikit bergeser? Apalagi jika kita kampanyekan, bahwa dampaknya lingkungan akan jadi lebih bersih, tidak ada sumbatan sampah plastik di got, tiap-tiap rumah tangga jadi sadar akan pentingnya memisahkan sampah plastik dan organik.
Pada akhirnya, roda perekonomian sirkular akan mulai tumbuh dan berkembang. Nilainya memang tidak besar, namun bagi masyarakat kecil ini sangat berguna karena barang yang mereka jual adalah yang di dapat dengan gratisan. Hal yang tidak diinginkan orang, sudah tak berguna bagi mereka. Ini hanya sampah plastik.
Di level yang lain, kondisi desa juga akan mengalami kemajuan. Tentu saja, sudah berapa desa yang menjadi destinasi wisata atau kampung wisata hanya karena penataan yang rapi dan terjaga kebersihannya? Bukankah ini juga akan mendorong roda perekonomian melalui hadirnya perdagangan kecil-kecilan? Iya, tamu pasti butuh nyemil dan makanan tradisional jika berkunjung ke kampung orang.
Semua kembali lagi ke bentuk kepedulian kita, sekecil apapun itu. Tak ada yang mudah dengan mengenalkan, tapi bukankah tiap tantangan punya rasa manisnya keberhasilan? Lalu mengapa tidak dimulai saja dulu, dari rumah sendiri, dari kelas sendiri, dari RT sendiri atau dari Desa sendiri.