Teknologi Pirolisis, Ubah Sampah Plastik Jadi Solar Bernilai Tinggi

2025-09-24 09:49:55 | Diperbaharui: 2025-09-24 09:49:55
Teknologi Pirolisis, Ubah Sampah Plastik Jadi Solar Bernilai Tinggi
Mesin pyrolisis. Sumber : internet

Apa itu pirolisis? Karena belakangan mimin dengar teknologi ini mampu mengubah sampah plastik yang tidak berharga dan jadi polusi bumi, menjadi solar bernilai jual tinggi. Bahkan kata Foundernya GTM, kualitasnya teruji lebih baik dari Pertamax dex. Jadi apa itu teknologi pirolisis?

Teknologi pirolisis adalah salah satu metode pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar cair seperti solar (diesel fuel). Proses ini bekerja dengan cara menguraikan rantai polimer plastik melalui pemanasan tanpa oksigen, sehingga plastik cair kembali menjadi hidrokarbon yang mirip dengan minyak bumi.

Cara kerja dari proses ini sendiri dapat mimin uraikan sebagai berikut :

  1. Pengumpulan & Pemilahan Sampah plastik jenis PE, PP, PS, kadang PET dengan batasan tertentu, agar proses pengolahan bisa lebih efisien. 
  2. Pencacahan & Pengeringan dimana Plastik dipotong kecil dan dikeringkan untuk mengurangi kelembapan sebelum di proses.
  3. Pemanasan dalam Reaktor Pirolisis dimana plastik dimasukkan ke reaktor dan dipanaskan pada suhu 300–500 °C tanpa oksigen. Dalam tahap inilah terjadi proses memutus rantai panjang polimer menjadi molekul hidrokarbon lebih pendek.
  4. Kondensasi Uap dimana uap hasil pirolisis didinginkan, yang selanjutnya terkondensasi menjadi minyak pirolisis (crude oil).
  5. Penyulingan (Distilasi) yaitu minyak mentah hasil pirolisis dapat dimurnikan menjadi berbagai fraksi seperti :
    • Solar/diesel → bahan bakar mesin diesel

    • Bensin ringan (nafta) → bahan bakar bensin atau bahan baku petrokimia

    • Gas pirolisis → dapat digunakan kembali untuk memanaskan reaktor (hemat energi)

    • Char (residu padat) → kadang dipakai sebagai bahan bakar padat atau karbon aktif.

Selanjutnya, tahukah kamu bahwa untuk menghasilkan bahan bakar minyak yang berkualitas ternyata membutuhkan jenis plastik tertentu juga. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan  struktur kimia dan kandungan aditif dalam plastik itu juga.

Contohnya, untuk jenis solar/diesel beberapa jenis plastik yang paling ideal untuk diolah antara lain seperti :

  1. Polyethylene (PE) – LDPE & HDPE (Contoh: kantong kresek, botol susu, galon, pipa plastik) yang dapat menghasilkan minyak pirolisis dengan fraksi solar yang banyak.

  2. Polypropylene (PP) (Contoh: wadah makanan, karung plastik, tutup botol, peralatan rumah tangga) yang dapat menghasilkan bahan bakar cair kualitas tinggi.

  3. Polystyrene (PS) (Contoh: styrofoam, sendok/garpu plastik sekali pakai, casing elektronik) yang dapat menghasilkan minyak pirolisis dengan kandungan aromatik tinggi (mirip bensin/nafta)

Dari penjelasan salah seorang teman saya yang memang sudah menjalankan bisnisnya dengan teknologi pirolisis ini, saya pun tahu bahwa 1 ton sampah plastik bisa berubah menjadi 600–800 liter minyak pirolisis. Dengan kualitas yang baik, bahkan ia mengekspor bentuk solarnya ke luar negeri.

Namun yang saya bayangkan justru sisi yang lain, yaitu bagaimana jika masyarakat mengetahui bahwa sampah plastik mereka ini sedang diburu oleh sejumlah entitas besar yang berkecimpung dalam pengolahan sampah plastik. Masalahnya, banyak yang menjalankan program ini namun masih belum tersosialisasi dengan baik.

Bahkan menurut saya, tak jarang rantai pengumpulan dan pembelian dari masyarakat kecil masih sangat minim disebabkan kurangnya jangkauan informasi di kalangan bawah. Padahal, jika mau jujur, sampah plastik ini akan sangat mudah ditemui di lingkungan masyarakat bawah. 

Realitanya, sampah plastik menjadi penyumbat gorong-gorong karena tak bisa terurai secara alami, karena masyarakat masih buang sampah di sembarangan, di sungai/kali, di pinggir jalan, di tanah-tanah kosong. Bagaimana jika rantai pembelian sampah plastik ini ditempatkan di tiap-tiap desa/kelurahan secara official atau resmi?

Bukankah dengan demikian Kepala desa/lurah setempat bisa menghimbau atau mendorong warganya untuk dapat uang tambahan dengan menjualnya di balai desa atau lokasi khusus yang di sediakan? Semakin dekat, warga pasti semakin mudah menjual sendiri. Sehingga rantai jual beli ini bisa terjadi dari level akar rumput dan lebih menjangkau mereka yang sebelumnya tak peduli.

Faktanya, hari ini siapa yang tidak mau dapat uang ekstra? Bahkan anak-anak sekolah pun akan senang jika bisa menjual langsung sampah plastik hasil koleksi mereka. Apalagi sampah plastik adalah barang buangan yang tak semua orang juga peduli. Maka kepedulian masyarakat patut dihargai dengan edukasi dan informasi serta wadah jual beli sampah plastik yang mudah dijangkau.

Bahkan bukan tidak mungkin ada petugas khusus yang berkeliling dari rumah ke rumah untuk membeli sampah plastik warga, entah seminggu sekali atau sesuai jadwal yang ditentukan. Pembayaran cash atau Transfer bisa jadi pilihan mudah. Atau di tiap sekolah tersedia petugas tiap jam pulang sekolah yang akan membeli sampah plastik mereka.

Hal ini akan membuat masyarakat dengan sendirinya sadar, bahwa ada nilai ekonomi yang selama ini tersembunyi. Ada lingkungan bersih yang selama ini bisa diraih hanya dengan sedikit peduli. Atau sedikit banyak mengurangi tersumbatnya gorong-gorong di kampung karena hilangnya sampah plastik dari lokasi yang tidak seharusnya.

Pertanyaannya, maukah kita yang lebih berilmu, yang punya akses dan mampu ini berfungsi dan mencoba sebagai inisiatornya? Semua kembali pada kesadaran dan kepedulian kita masing-masing. Anyway, jika ada saran, komentar atau ingin sharing seputar mekanismenya, tulis di kolom komentar ya.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar