Catatan Paralel 2: Pendayagunaan Posyandu dalam Pemberdayaan Masyarakat Sehat

2025-11-20 06:48:31 | Diperbaharui: 2025-11-20 09:16:41
Catatan Paralel 2: Pendayagunaan Posyandu dalam Pemberdayaan Masyarakat Sehat
Penyerahan sertifikat narasumber

Sesi Paralel 2 di Konferensi Nasional Promosi Kesehatan ke-9 berlangsung dengan suasana hangat dan cair. Moderator kita, Dra. Tuti Surtinah, M.Kes., membuka acara dengan senyum khas dan gaya yang menenangkan, membuat peserta langsung nyaman untuk mengikuti materi demi materi.

Materi Ika Harni Lestyoningsih, SKM., M.Kes.

Penguatan Kapasitas Kader Posyandu untuk Pemberdayaan Kesehatan Berbasis Komunitas

Ketika Bu Ika dari Dinkes Kutai Kartanegara Kalimantan Timur mulai menyampaikan materinya, suasananya langsung berubah jadi lebih hangat—karena cara dia menjelaskan itu sederhana, relatable, dan langsung menyentuh realita yang semua orang rasakan: kader Posyandu itu semangatnya tinggi, tapi fasilitas dan dukungannya kadang minim banget.


1. Kapasitas Kader Posyandu: Semangat Top-Tier, Dukungan Masih Low-Budget

Bu Ika membuka dengan gambaran nyata:

  • Kader itu semangatnya luar biasa.

  • Mereka yang pertama datang ke Posyandu, terakhir pulang.

  • Mereka hafal nama warga satu-satu, tahu siapa yang hamil, siapa yang baru lahiran, siapa yang balitanya susah makan.

Tapi…
Kemampuan teknis mereka beragam, dan tidak semua dapat pelatihan yang memadai.
 Pelatihan rutin pun kadang belum jadi kebiasaan.

Jadi wajar kalau kualitas layanan belum merata.


2. Tantangan Utama yang Kader Hadapi 

Bu Ika memaparkannya dengan lugas:

  • Pelatihan minim → kader sering belajar sendiri di lapangan.

  • Insentif rendah → antara semangat dan kebutuhan hidup, kadang mereka kalah di tengah jalan.

  • Waktu terbatas → banyak kader yang juga ibu rumah tangga atau bekerja.

  • Sumber daya terbatas → sering kali alat ukur, logistik, dan ruang Posyandu ala kadarnya.

Dan meski begitu, mereka tetap jalan. Karena cinta warga juga jadi motivasi.

Sesi presentasi

3. Strategi Efektif: Bukan Banyak Program, Tapi Program yang Nyata Bikin Kader Naik Level

Bu Ika menekankan bahwa kuncinya bukan menambah program, tapi menguatkan yang paling berdampak, yaitu:

⭐ Pelatihan Tematik

Bukan pelatihan maraton yang bikin kader pusing.
Tapi fokus pada topik yang benar-benar mereka perlukan, seperti antropometri, komunikasi, edukasi gizi, skrining ibu hamil, dll.

 Pembinaan Rutin

Bukan hanya datang “monitoring”, tapi mendampingi sambil praktik.

 Penguatan Kelembagaan dan Apresiasi

Kader bukan relawan random—mereka perlu diakui sebagai bagian dari sistem kesehatan desa.

 Kolaborasi Lintas Sektor

Biar kader nggak kerja sendirian. Ada tim pembina posyandu di tingkat kecamatan, desa dan kelurahan, RT/RW, tokoh agama, BUMDes, semuanya harus jalan bareng.


4. Peran Kader Posyandu: Lebih dari Sekadar Timbang Balita

Bu Ika mengingatkan bahwa kader adalah:

Dengan kata lain, mereka bukan hanya “petugas”, tapi penggerak kesehatan masyarakat.

Penguatan kapasitas kader = strategi utama memperkuat sistem kesehatan berbasis desa.

Kalau kader kuat, Posyandu hidup.
Kalau Posyandu hidup, masyarakat teredukasi.
Kalau masyarakat teredukasi, masalah kesehatan jauh lebih mudah dicegah.


 Saran: Jelas dan Praktis untuk Semua Tingkatan

Untuk Pemda & Dinkes

  • Lakukan pelatihan kader secara berjenjang, bukan sekali lewat.

  • Tambah anggaran dan insentif.

  • Libatkan kader dalam perencanaan desa.

Untuk Puskesmas & Lintas Sektor

  • Lakukan pembinaan rutin yang bersifat mendampingi.

  • Integrasikan Posyandu dengan program kesehatan lainnya.

Untuk Desa & Lembaga

Untuk Peneliti

 

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Suka dengan Artikel ini?
0 Orang menyukai Artikel Ini
avatar