Perkembangan teknologi menuntut dunia pendidikan bergerak lebih cepat dalam beradaptasi. Digitalisasi bukan lagi sekadar tren, melainkan kebutuhan yang menentukan kualitas proses belajar-mengajar. Menjawab tantangan tersebut, kegiatan Pendampingan Digitalisasi Pembelajaran Jenjang Sekolah Dasar Tahap 5 kembali digelar pada 11–14 November 2025 di Kabupaten Bangka Selatan, menghadirkan para pendidik, pengawas, dan penggerak perubahan dari berbagai sekolah dasar.
Suasana ruang pertemuan terasa dinamis sejak hari pertama. Para peserta tampak antusias mengikuti rangkaian materi yang disampaikan secara interaktif oleh para narasumber. Tidak hanya membahas teori, kegiatan ini juga menekankan praktik langsung agar para pendidik dapat menerapkan transformasi digital dalam pembelajaran di kelas masing-masing.
1. Kebijakan Digitalisasi Pembelajaran dan Pemanfaatan PID
Kegiatan dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bangka Selatan Bapak Anshori, fokus pada pemahaman mengenai kebijakan digitalisasi pembelajaran serta peran Platform Informasi Digital (PID) dalam ekosistem pendidikan. Materi ini memperkuat pemahaman bahwa transformasi digital membutuhkan arah kebijakan yang jelas, strategi implementasi, serta kemampuan membaca peluang pemanfaatan berbagai platform digital.
Guru dan sekolah didorong untuk memaksimalkan platform dan perangkat yang sudah tersedia, termasuk memetakan kebutuhan digital di masing-masing satuan pendidikan.
2. Penggunaan Perangkat Digital dalam Pembelajaran
Pada sesi berikutnya, peserta diperkenalkan lebih jauh pada berbagai perangkat digital yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Mulai dari tablet, laptop, hingga perangkat pendukung lain, sesi ini menekankan pentingnya pengoperasian perangkat secara tepat dan aman.
Materi yang disampaikan Agus ini menjadi salah satu yang paling dinantikan, karena membuka peluang inovasi metode ajar, baik melalui aplikasi pembelajaran, kegiatan kolaboratif digital, hingga pembuatan media interaktif sederhana.
3. Pengelolaan Berbasis Aset untuk Optimalisasi Pemanfaatan Perangkat Digital
Optimalisasi perangkat digital tentu membutuhkan pengelolaan aset yang baik. Novia membahas bagaimana sekolah dapat memetakan aset digital, merawat perangkat, serta menyusun strategi pemanfaatan agar tidak ada alat yang menganggur.
Peserta diajak untuk memahami pentingnya tata kelola aset berbasis data—mulai dari inventarisasi, penjadwalan penggunaan, hingga pemeliharaan berkala. Dengan manajemen yang tertata, perangkat digital dapat memberikan dampak maksimal bagi pembelajaran.
4. Inspirasi Penggunaan Bahan Ajar Interaktif
Sesi inspiratif ini membuka wawasan peserta tentang bagaimana bahan ajar dapat dikemas menjadi lebih menarik dan interaktif. Pak Azmi memberikan contoh konkret pembuatan modul digital, lembar aktivitas interaktif, hingga media ajar berbasis multimedia. Narasumber yang berasal dari FIP UMJ Dr. Azmi Al Bahij, M.Si. mengatakan bahwa PID hanya sekedar alat tanpa makna KL guru tidak memberikan makna kepada alat tersebut. Oleh sebab setelah mengikuti kegiatan ini guru harus mengoptimalkan penggunaan diruang kelas sepaya tercipta pendidikan yang inklusif, tranformatif, dan adaptif. Pendidik diajak untuk meninggalkan metode konvensional yang statis dan mulai merancang pembelajaran yang melibatkan visual, audio, maupun simulasi sederhana. Tujuannya jelas: meningkatkan keterlibatan siswa dan memperkuat pemahaman konsep.
5. Inspirasi Asesmen dan Perencanaan Pembelajaran Berbasis Digital (Agus)
Di sesi penutup, peserta mempelajari cara memanfaatkan teknologi untuk merencanakan pembelajaran dan melakukan asesmen. Agus menunjukkan berbagai aplikasi evaluasi digital—mulai dari kuis interaktif, analisis hasil belajar otomatis, hingga perencanaan berbasis data.
Digitalisasi asesmen tidak hanya memudahkan guru, tetapi juga memberikan gambaran lebih jelas tentang kondisi belajar siswa secara real-time. Dengan demikian, guru dapat menentukan tindak lanjut pembelajaran yang lebih tepat sasaran.
Penutup: Digitalisasi Bukan Sekadar Alat, Tapi Paradigma Baru
Kegiatan pendampingan ini bukan hanya ajang transfer pengetahuan, tetapi sebuah upaya menanamkan paradigma baru dalam dunia pendidikan: bahwa teknologi adalah mitra strategis bagi guru, bukan pengganti.
Antusiasme peserta menjadi bukti bahwa pendidik Indonesia siap bergerak menuju pembelajaran yang lebih adaptif, interaktif, dan relevan dengan kebutuhan zaman.